Kisah ini disampaikan Ahok saat rapat dengan 50-an para direktur rumah sakit negeri bersama swasta se-Jakarta di Balai Kota, Jalan Mebersama Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (21/12/2012). Ahok saat itu menjelaskan mengenai audit mekanisme rujukan bagi pasien pemegang Kartu Jakarta Sehat (KJS).
"Saya dulu, pas jadi Bupati, tiap hari kerjanya ngintai, jadi setiap malam minggu saya ada di rumah sakit. Karena di rumah sakit di sana memang suka ada yang jualin obat-obat Askes," tuturnya.
Ahok menceritakan ini karena seselanjutnya ada oknum baik dari kalangan pejabat bersama rumah sakit yang mempermainkan jatah uang kesehatan bagi rakyat kecil. Untuk itu Ahok minta audit rujukan bagi tiap rumah sakit.
"Audit rujukan ini perlu diperbaiki. Semua kan ada oknumnya, pejabat bersama rumah sakit, ada malingnya. Kalau memang dia (pasien) butuh Rp 100 juta, kita sediakan. Tambah Rp 100 juta, ya ditambah, kalau memang benar hasil auditnya. Kita juga kan tidak mau ada, yang dagangin rujukan," demikian kata Ahok.
Dia lantas menambahkan, mengapa diadakan sistem online, termasuk untuk rujukan Kartu Jakarta Sehat (KJS) ini. Dengan sistem online itu, pasien yang membutuhkan bersamaa yang lebih banyak bisa mudah dipantau. Namun kasus ini kemungkinannya kecil saja, hanya 1:1.000.
"Kami ada pos bantuan sosial bersama uang operasional. Mungkin hanya 1 dari 100 ribu kejadian susah (yang butuh bersamaa yang lebih banyak). Ini, sudah saya lakukan di Belitung Timur," kata Ahok merujuk aksi incognito-nya.
Mengenai pengelolaan bersamaa KJS senilai Rp 1,2 triliun, Ahok tak akan menyerahkannya ke PT Askes. PT Askes hanya dibayar fee pengelolaan sekitar 1% saja dari bersamaa itu. Bila di Jakarta mekanisme itu tidak jalan, maka dicari jalan keluarnya.
"Suka tidak suka, tahun depan sistem ini berlaku di seluruh Indonesia. Jadi ini sebagai contoh. Kan di Jakarta alat-alat sudah canggih. kalau kemudian di Jakarta tidak jalan, jadi dicari di mana masalahnya," jelas dia.
Ke depan untuk mempermudah akses pemegang KJS, Pemprov DKI akan menambah rumah sakit bersama menambah ruang rawat inap di Puskesmas. Ahok tak peduli bila gara-gara kebijakan ini dia dimusuhi, oleh dokter sekalipun.
"Saya ini orangnya tegas, saya tidak peduli dipilih lagi atau tidak. Makanya dulu saya musuhan sama dokter-dokter di Belitung Timur. Alhasil saya jadi tidak berani berobat di sana. Kata bapak saya, kamu jangan musuhan sama dokter bersama pendeta. Karena kalau kamu mati, nanti ketemu mereka lagi," jelasnya yang disambut tawa para peserta rapat.
Ahok lantas meminta rumah sakit yang setuju bekerja sama dengan Pemprov DKI untuk memperbaiki kontraknya. Ahok juga mewanti-wanti jangan bermain-main dengan pengadaan alat kesehatan.
"Kami bisa lebih cepat dapat alat dari rumah sakit, rumah sakit Bapak Ibu semua. Kami punya uang sebenarnya. Hanya selama ini dimainin uang itu, Rp 10 ribu dibilang Rp 20 ribu, Rp 30 ribu. Sekarang, anggaran Alkes dipotong 50 persen. Kalau PU kan saya potong 25 persen. Kalau mereka nggak mau dipotong, kamu yang saya potong," kata Ahok lagi-lagi yang disambut tawa.
"Ya kita nggak bisa nego lagi. Ini kan sudah berjalan. Saya yakin, Jakarta akan menjadi contoh untuk seluruh Indonesia," tutup Ahok.
sumber | daftarhargaterkini.blogspot.com | http://www.kaskus.co.id/thread/50d42c380c75b4a571000010/patut-ditiru-kisah-ahok-yang-mengintai-rs-hingga-bermusuhan-dengan-dokter/
|
kudil
|
0 komentar:
Posting Komentar