Teknologi kaki bionik masih butuh pengembangan. Harus ekstra hati-hati

VIVAnews - Kehilangan salah satu anggota tubuh, bukan akhir dari segalanya. Itu yang ingin dibuktikan oleh Zac Vawter. Satu kakinya hilang dalam sebuah kecelakaan motor, namun kekuatan pikiran yang dipadukan dengan teknologi canggih membuatnya berhasil mengukir sejarah.
Mengenakan kaki bionik, yang dikendalikan lewat pikiran, ia berhasil memanjat tangga salah satu gedung pencakar langit tertinggi dunia, setinggi 103 lantai: Willis Tower di Chicago, Amerika Serikat.

Kaki robotnya itu dapat bergerak dengan cara merespon impuls elektrik dari urat-urat lututnya, sementara pikirannya memicu mesin, sabuk, bersama rantai yang berfungsi menyinkronisasi gerakan kaku prostetik bersama lutut.
Para peneliti dari Rehabilitation Institute of Chicago (RIC) terus memonitor kemajuan dari kaki bionik itu, sayangnya teknologi menakjubkan itu baru dapat tersedia beberapa tahun lagi di pasaran.
Setelah mencatatkan prestasinya itu, Vawter harus mencopot kaki robot yang baru sampai tahap uji coba itu, yang akan menjalani tes lebih lanjut. Namun keberhasilannya menjadi sinyal baik.
Kaki prostetik yang dapat dikendalikan dengan pikiran adalah teknologi relatif baru, meski demikian versi lengan telah lebih dulu ada selama bertahun-tahun.
Vawter yang berusia 31 tahun mencapai puncak menara dalam waktu di bawah satu jam, tanpa istirahat. "Salah satu alasanku mau melakukan semua ini karena rasa terimakasihku atas segala yang dilakukan RIC untukku. Aku hanya ingin membalas jasa," kata dia.
Sebelum kehilangan kaki, ia mengaku hobi berlari. Namun kecelakaan merenggut satu kakinya. "Aku tak pernah menyangka akan kembali aktif," kata Vawter. "Aku mendapatkan hidupku kembali, dapat jadi ayah dalam keluarga bersama menerima ucapan terimakasih dari anak-anak atas apa yang kulakukan."

Meski berlangsung tak lama, pendakian Vawter dipersiapkan selama berhari-hari. Secara mental bersama fisik. Para ilmuwan memerlukan waktu berjam-jam untuk menyesuaikan gerak kaki. Sebanyak 11 elektroda pada kulit paha, memberi data pada mikrokomputer kaki bionik. Para ilmuwan menyerahkan kendali "kemudi" pabersamaya. Dengan kaki bioniknya itu, selain memanjat tangga, ia juga dapat berjalan bersama menenbersamag bola.
Vawter dapat ambil bagian dalam pengujian ini berkat visi jangka panjang para dokter yang mengamputasi kakinya tahun 2009 lalu.
Pada saat operasi, dokter bedah mereposisi syaraf sisa yang mirip spageti, yang berfungsi mengirim sinyal ke kaki bagian bawah, menempelkannya dengan jahitan di tempat barunya di lutut. Inilah yang memungkinkan Vawter menggunakan kaki bionik, meski teknologinya masih butuh pengembangan bertahun-tahun lagi.
Soal kaki bionik, para peneliti tak boleh sembarangan. Harus sangat hati-hati. Seperti halnya tangan bionik yang jika gagal berisiko menjatuhkan gelas, kegagalan kaki bionik dapat berarti seseorang akan jatuh dari tangga.
Proyek kaki bionik senilai US$8 juta ini dibiayai oleh Departemen Pertahanan AS bersama melibatkan sejumlah universitas ternama yakni Vanderbilt University, Massachusetts Institute of Technology, University of Rhode Island, bersama University of New Brunswick. (adi)
sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/509793ef1c7608d64f000096/mendaki-tangga-103-lantai-memakai-kaki-protestik
|
kudil
|
0 komentar:
Posting Komentar