Retno Heny Pujiati, wanita Solo kelahiran Kediri, 27 Nopember 1978. Sosok wanita sederhana, bersahaja bersama apa abersamaya. Pembawaannya kalem, tapi juga dapat menjadi teman berdiskusi yang menyenangkan. Terutama jika sudah menyangkut persoalan anak jalanan.
Wanita yang sebentar lagi genap berusia 34 tahun ini adalah pendiri sekaligus Ketua Pemberdayaan Perempuan bersama Anak Pinggiran (PPAP) Seroja Solo, sebuah lembaga yang konsen mendidik bersama memberdayakan anak jalanan.
Di kota Solo Retno dikenal mempunyai kepedulian terhadap anak jalanan yang luar biasa. Dia bahkan rela melepas pekerjaan sebagai guru sekolah hanya agar dapat fokus membina bersama mendidik anak-anak jalanan.
Saat bertemu merdeka.com Jumat (9/11) Retno panggilan akrabnya, baru saja pulang dari Rumah Sakit Muwardi Solo, memeriksakan kesehatan puteranya. Beberapa lemari buku, meja kecil, bersama alat peraga untuk belajar terlihat tergeletak di teras rumah yang juga difungsikan sebagai sekolah untuk anak jalanan itu.
Retno perempuan berjilbab itu bercerita mulai berkecimpung dalam kegiatan pendidikan bersama pembinaan anak jalanan, karena ajakan teman sewaktu masih berkuliah di Fisip Universitas Sebelas Maret Solo beberapa tahun lalu. Di kalangan kampus maupun kampung halamannya, Retno dikenal sebagai sosok yang gemar akan kegiatan sosial. Di kampung halamannya, dia aktif melakukan beragam kegiatan kemasyarakatan, mulai dari karang taruna sampai remaja mesjid.
Di saat ada waktu luang kuliah, bersama teman-temannya Retno sering mendatangi tempat-tempat berkumpulnya anak jalanan, kabersamag di perempatan lampu merah hingga ke pelosok kampung. Di saat itulah keinginan Retno untuk berbagi ilmu pengetahuan, membuka wawasan, bersama memotivasi anak jalanan agar mau merubah nasib, begitu tinggi. Satu keinginan mulia Retno adalah, supaya anak-anak jalanan yang dia temui, mau meninggalkan jalanan bersama mencari pekerjaan yang lebih baik.
Retno yang ingin total mengabdi kemudian mendirikan Pemberdayaan Perempuan bersama Anak Pinggiran (PPAP) Seroja.
"Saya ingin total memperbaiki nasib anak jalanan, semampu saya" katanya.
Berkaca pada pengalaman bersama realita yang ditemukan selama bergaul dengan anak jalanan, Retno berpendapat solusi yang paling tepat untuk membantu memperbaiki nasib mereka adalah melalui pendidikan bersama pemberdayaan pada anak jalanan.
"Kuncinya adalah pendidikan bersama pemberdayaan. Mereka harus diselamatkan, siapa lagi kalau bukan kita. Kapan lagi kalau tidak sekarang," ujarnya.
Retno mengatakan, selama ini banyak orang berpendapat bahwa anak–anak memilih hidup di jalanan karena hanya faktor ekonomi. Hal tidak sepenuhnya benar, karena solusinya tidak dapat hanya dengan cara pendekatan ekonomi saja, tetapi juga pendidikan. Tidak hanya cukup bantuan uang.
"Uang tidak akan menyelesaikan masalah. Yang lebih utama adalah bekal pendidikan," lanjutnya.
Namun baru pada tahun 2003 PPAP Seroja dapat menjadi sebuah lembaga resmi.
Dengan berdirinya lembaga tersebut, tak lantas urusan selesai. Untuk membiayai kegiatan lembaga baru itu, Retno tidak jarang harus merogoh kocek pribadinya. Retno yang saat itu bekerja sebagai guru di sebuah Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), harus mengeluarkan biaya sendiri untuk operasional PPAP Seroja. Tak jarang gaji sebulan habis untuk PPAP. Namun karena ketulusan bersama kesungguhannya Tuhan selalu member jalan.
Karena keterbatasan sarana bersama biaya, kegiatan pembinaan dilakukan seabersamaya. Retno bersama relawan yang direkrutnya masih harus terjun langsung ke titik-titik di mana anak jalanan biasa berkumpul. Berpanas di bawah terik matahari, keluar masuk perkampungan kumuh menjadi kegiatan kesehariannya.
Perjuangan yang sudah pasti melelahkan, tak membuat dirinya putus asa. Perjuangan seorang Retno untuk merubah perilaku bersama mendorong anak jalanan untuk meninggalkan apa yang selama ini telah menjadi bagian dari kehidupannya bukanlah hal yang mudah. Satu hal yang membuat Retno tetap bersemangat adalah, motivasi dakwah yang ada dalam hatinya.
"Tuhan tidak melihat hasil tetapi prosesnya. Kalau satu orang dapat berhasil, nantinya akan memberikan efek bola salju," katanya.
Retno justru bersyukur dapat memperoleh banyak pengalaman berharga dari kegiatannya itu. Mulai dari yang menyenangkan hingga yang tidak mengenakkan. Pengalaman menyenangkan dia dapat berkenalan dengan banyak kalangan, termasuk tokoh preman sehingga tidak ada yang berani mengganggu kegiatannya.
Mendirikan sekolah gratis
Tak hanya mendirikan PPAP, keseriusan Retno untuk memberikan pendidikan bagi anak jalanan itu diwujudkannya dengan meninggalkan pekerjaannya sebagai guru di SDIT bersama kemudian mendirikan Sekolah Kita gratis tahun 2007 lalu. Dengan sekolah tersebut Retno ingin lebih fokus mengurus anak jalanan. Di sekolah yang menjadi satu dengan kantor PPAP Seroja ini anak jalanan diberikan pendidikan. Mulai dari pelajaran sebagaimana di sekolah biasa hingga keterampilan sebagai bekal mereka untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Selain sekolah gratis Retno juga melayani Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu secara gratis. Periode awal sekolah tersebut berdiri, diakui Retno merupakan masa-masa tersulit. Apalagi waktu itu dia sudah tidak lagi memiliki sumber penghasilan tetap. Sementara penghasilan suaminya hanya cukup untuk makan sehari-hari. "Asal mau berusaha Tuhan pasti member jalan," ujarnya.
Sekian tahun berjalan, walau masih banyak kekurangan bersama keterbatasan, upaya Retno memperlihatkan perkembangan menggembirakan. Jumlah anak jalanan yang dibinanya semakin bertambah, saat ini sudah mencapai 100 orang lebih. Sarana bersama prasarana yang dulu hanya seabersamaya, kini terus bertambah, berkat usaha sendiri dengan bisnis kecil-kecilan bersama anak-anak binaannya bersama bantuan dari beberapa donatur.
Usaha Retno banyak yang mendukung namun tidak sedikit pula yang mencemooh bahkan menudingnya memanfaatkan ketidakberdayaan anak-anak itu. Tapi itu semua itu diterimanya dengan lapang dada bersama dijadikan sebagai cambuk untuk berbenah diri agar lebih maju.
Permasalahan anak jalanan sejatinya dapat muncul di mana-mana. Tak hanya di kota besar tapi di kota kecilpun ada. Persoalan ini sebenarnya merupakan masalah bersama, pemerintah bersama masyarakat, yang harus dicarikan solusinya bersama-sama. Harapan itu muncul dari seorang Retno, agar masyarakat bias memunculkan lebih banyak lagi kegiatan-kegiatan pembinaan sejenis, terutama yang berorientasi penumbuhan kreatifitas.
Dengan sasaran anak jalanan, masyarakat marjinal, bersama anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus. Kepada pemerintah, Retno berharap penanganan anak jalanan dilakukan lebih serius lagi. Dengan mencermati akar persoalan secara lebih jeli bersama merubah sudut panbersamag penanganannya.
"Anak jalanan jangan dijadikan sampah. Jangan dijadikan kambing hitam kekumuhan kota. Tapi bagaimana kita, pemerintah memberikan solusi, jalan terbaik untuk masa depan mereka," harapnya.
sumber :http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-retno-pengasuh-guru-bersama-orang-tua-anak-jalanan.html
Dunia Pendidikan- pernah liat SEKOLAH yang cuma punya SATU MURID ??? yuppp ini dia ....
- Asyik, Biaya Pendaftaran Seleksi Masuk PTN 2013 Digratiskan
- 100 SKS per Semester, Pria ini Raih 18 Gelar Akademik | Welin Kusuma ST, SE, SSos, SH, SKom, SS, SAP, SStat, MT, MSM, MKn, RFP-I, CPBD, CPPM, CFP, AffWM, BKP, QWP.
- Kurikulum Baru SMA,Tak Ada Penjurusan IPA, IPS bersama Bahasa
- Sri Mulyani Masuk 100 Top Global Thinkers 2012
- Ujian Tulis SNMPTN 2013 Resmi di Hapuskan
- Kata-kata Sepele yang Tidak Boleh Diucapkan Pada Anak Kecil
- Rahasia dibalik susahnya pelajaran matematika
- Kisah pejuang pendidikan di wilayah perbatasan
- Remaja-remaja ini ciptakan alat untuk ubah air seni jadi listrik
- INDONESIA di SOROT MEDIA TERKEMUKA INGGRIS : PERJUANGAN ANAK ANAK SD melewati JEMBATAN TALI untuk berangkat ke SEKOLAH !!!
- Hebat! Siswa Sidoarjo Juarai Kontes Robotik Pesawat Tanpa Awak
- Insinyur Inggris Ciptakan Bensin dari Udara bersama Air
- Bahasa Inggris Akan Dihapus dari Kurikulum SD
- Tips bersama Cara Menghindari Kanker (Kantong Kering) Bagi Mahasiswa
- Akreditasi Kampus Diturunkan kalau Mahasiswanya Tawuran
- Rajinlah Menjawab kalau Anak Bertanya ?Inilah Alasannya
- 10 Hal Tentang Pendidikan di Jepang ASIK ANE HOT THREAD!!!! Bagi Cendol dong gan Pendidikan adalah usaha sadar bersama terencana untuk mewujudkan suasana belajar bersama proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya bersama masyarakat. Selengkapnya PERBEDAAN SEKOLAH INDONESIA DENGAN SEKOLAH JEPANG 1. SERAGAM SEKOLAH Spoiler for Seragam: Dijepang, seragam sekolah mereka mayoritas sangat rapi bersama memiliki kaitan jas. Sebersamagkan di Indonesia, seluruh sekolah bersama tingkatan harus menggunakan seragam putih pada bagian kemeja, sebersamag bagian celana disesuaikan dengan jenjang pendidikannya, hijau untuk taman kanak-kanak, merah untuk sekolah dasar/madrasah/sederajat, biru untuk sekolah menegah pertama/tsanawiyah/sederajat bersama abu-abu untuk sekolah menegah atas/kejuruan/aliyah/sederajat. 2. Transportasi Spoiler for Transportasi: Dijepang, anak sekolahan dari tingkat dasar hingga tingkat atas dilarang keras menggunakan kendaraan bermotor, baik sepeda motor maupun mobil, kecuali menggunakan angkutan bis siswa (umunya untuk anak taman kanak-kanak bersama sekolah dasar). Sebersamagkan di Indonesia, anak sekolah dasarpun dibiarkan untuk naik sepeda, motor padahal belum cukup umur untuk menggunakan kendaraan ini. Mereka bahkan terlihat begitu bangga memperlihatkan motor bersama mobil mereka kepada orang lain yang bisa saja membuat orang lain miris akan hal tersebut. 3. BANGUNAN / GEDUNG Spoiler for Bangunan: Dijepang, gedung/bangunan pendidikan terlihat minimalis, modern, megah bersama mewah. Sekolah dijepang mayoritas memiliki gedung olahraga yang luas bersama lengkap, bersama lapangan sekolahnya biasanya digunakan untuk acara-acara sekolah bersama festival sekolahan serta untuk upara bendera. Tolietnyapun sangat terjaga kebersihannya. Untuk kebersihan kelas, biasanya setelah jam pulang sekolah sekitar pukul 3 sore, seluruh siswa dikelas gotong royong membersihkan kelas, menyapu dalam kelas, mengelap kaca, mengepel lantai, mengatur atribut kelas (meja bersama kursi diatur rapi) sehingga pada keeokan harinya, tidak repot membersihkan kelas yang masih kotor bersama halaman yang berhamburan sampah. Tidak seperti di Indonesia, lapangan upacara dijadikan banyak fungsi, baik olahraga, acara sekolah, fastival sekolahan bahkan sampai pacaranpun. Toiletnyapun dibiarkan kotor setelah digunakan, bersama biasanya setelah lonceng pulang berbunyi, lansung keluar kelas bersama buru-buru pulang. Sehingga pada keesokan harinya, sekalipun saat jam pelajaran sebersamag berlansung, masih ada yang sibuk membersihkan ruang kelas. Kenyataan yang sangat miris untuk kita. 4. JAM MASUK Spoiler for JAM: Jepang punya peraturan sendiri soal jam masuk sekolah, biasanya dari pukul 8 pagi hingga 3 sore., bagi yang terlambat masuk harus membuat surat pernyataan untuk tidak terlambat lagi. kalau terulang untuk kedua kali, maka siswa akan diskorsing hingga waktu yang ditetapkan pihak sekolah. Ini jelas membuat siswa frustasi bersama ketinggalan pelajaran, mereka bahkan sangat malu karenanya. Tidak dibenarkan bagi seorang siswapun untuk keluar saat jam sekolah, kecuali untuk hal genting. Kantin sekolahpun digratiskan untuk para siswa saat jam istirahat, biasanya mengantri untuk dapat makanan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari para siswa menjajaki makanan yang tidak sehat bersama menghindari kurangnya konsentrasi siswa saat jam pelajaran. Beda halnya di Indonesia yang mengetatkan aturan jam masuk pukul 7 pagi, bahkan di Jakarta sendiri berlakukan jam masuk pukul 6.30 untuk menghindari macet yang parah di pusat kota. Bahkan lebih parah lagi, pada SMK pembangunan diberlakukan jam masuk pukul 6 pagi bersama pulang jam 4 sore, sangat miris!! kalau terlambat, siswa akan di jemur selama beberapa menit sebagai hukuman, pada beberapa sekolah tertentu, siswa yang masuk harus membawa sampah berserakan dihalaman depan sekolah. Bahkan kalau siswa terlambat berulang kali, seringkali diabaikan bersama diberlakukan hukuman yang sama, jelas ini membuat siswa makin kebal aturan sekolah. Siswa sekolah jelas memiliki sejuta alasan untuk keluar sekolah untuk membolos, seringkali guru piketpun mengabaikan hal itu. Para siswa yang tidak mebawa uang jajan jelas dibiarkan kelaparan, ditanyapun tidak, jelas hal yang miris!! Bahkan tidak dilarang untuk menjajaki dagangan luar sekolah yang belum terjamin kebersihannya. 10 HAL TENTANG PENDIDIKAN DI JEPANG Spoiler for PENDIDIKAN: Kita tahu bahwa Pendidikan di Jepang sangatlah berkualitas. Ini terbukti dari pendidikan penduduknya yang mayoritas berhasil. Mereka tumbuh menjadi insan-insan profesional bersama teruji hingga membawa dampak pada perkembangan kemajuan negaranya di segala bibersamag. Kali ini marilah sedikit kita mengetahui bagaimanakah negara ini mengatur sistem sekolah bagi warganya. 1. Ajaran Baru di Jepang di mulai pada bulan April bersama berakhir pada Maret tahun berikutnya. ini berlaku pada setiap tingkatan (SD-Perguruan Tinggi) 2. Jepang menggunakan sistem CAWU. Dalam setahun ada 3 CAWU. Beda dengan di Indonesia yang menggunakan sistem semester. Agustus-September libur musim panas selama 40 hari. 3. Bulan September masuk 5 kali dalam seminggu. 4. Usia 6 tahun adalah usia wajib belajar bagi anak-anak Jepang. Bagi Orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya ke SD-SMP akan di hukum oleh pemerintah. 5. Jepang tidak mengenal sistem “tidak naik kelas“. Semua siswa akan naik ke tingkat selanjutnya secara otomatis. Sehingga di setiap tingkat tetap terisi oleh anak-anak yang seusia. 6. Jepang tidak mengijinkan abersamaya kelas khusus / kelas unggulan atau akselerasi bagi mereka-mereka yang pintar-pintar dalam satu kelas khusus. Jepang hanya mengijinkan anak-anak yang pintar dalam Ilmu Sains bersama Teknologi saja yang bisa masuk Perguruan Tinggi lebih cepat. 7. Kurikulum di Jepang akan diperbarui dalam tempo 10 tahun sekali mengikuti perkembangan teknologi yang ada. 8. Evaluasi tidak hanya dari guru kepada siswanya, tapi juga siswa mengevaluasi gurunya demi manfaat pengajaran yang lebih baik. 9. Jepang tidak mengenal standar nasional atau Internasional untuk pendidikannya. Jepang tidak menyediakan sekolah khusus bagi anak-anak yang pintar . mereka memanbersamag bahwa sekolah adalah hak semua siswa di Jepang. di Indonesia misalnya ada SBI (sekolah berstandar Internasional) atau sekolah unggulan. 10. Akan banyak simpati dari warga Jepang kepada Bos atau perusahaan yang memperkerjakan anak-anak yang memiliki keterlambatan berfikir, kecacatan bersama juga keterbelakangan. Bagaimana dengan di Indonesia?, Apakah tidak ada keinginan kita mengadopsi keberhasilan negara lain dalam menyiapkan warganya menjadi warga yang terampil bersama cakap serta bersaing secara International seperti Jepang?. Siap atau tidak siap bukanlah halangan, yang penting ada awal untuk memulainya. SUMBER 1 SUMBER 2 SEMOGA APA YANG ADA MENJADI TOLAK UKUR PENDIDIKAN UNTUK INDONESIA. AWAL DARI KESUSKSESAN SEBUAH NEGARA ADALAH DARI PENDIDIKAN SEJAK DINI. Bagi Gaaaaannnn ama Di bantu yaaaahhhhhhh Last edited by jhagad; Today at 03:50 AM..
- Tips Sukses Bekerja Sambil Kuliah
- apakah dikatakan bijak ... kalau sekolah mengelurkan ultimatum seperti ini!
- Inilah Bocah Genius dari Inggris
- Perasaan Mega Ayundya bawa sang saka Merah Putih
- Kisah Guru di Pedalaman Malaysia: Gaji Bukan Segalanya
|
0 komentar:
Posting Komentar